Misteri Segitiga Bermuda (Part 3)
Tidak terasa,pembahasan mengenai misteri Segitiga "maut" Bermuda ini telah
mencapai part ke-3 diblog saya.Sepertinya,salah satu misteri terbesar di dunia
ini selalu menjadi suatu topik pembicaraan yang menarik bagi siapa saja yang
ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai berbagai fenomena-fenomena misterius
yang kerap terjadi di kawasan kematian tersebut.Berikut lanjutannya.....
Salah satu misteri terbesar di perairan maut ini adalah hilangnya kapal
berbendera Inggris Atalanta pada tahun 1880. Kapal itu meninggalkan Bermuda pada
bulan Januari menuju Inggris dengan awak kapal yang terdiri dari 300 orang kadet
dan perwira, dan tidak pernah terlihat lagi. Meskipun diadakan penjagaan ketat
oleh sebuah armada besar kapal yang berlayar melintasi samudra dalam formasi dan
jarak yang memungkinkan awak masing-masing kapal dpt saling melihat, tidak ada
satu pun pecahan kapal, tiang atau sekoci penolong dari Atalanta yang pernah
ditemukan. Namun terjadi kekecualian terjadi pada bulan Februari 1953, ketika
kapal pengangkut barang yang menuju Jamaika dari York, Inggris, mengirim SOS
sewaktu berada di Segitiga Bermuda. Setelah pesan itu tiba-tiba terhenti tanpa
penjelasan, dilancarkanlah suatu pencarian, tetapi tidak ada apa-apa yang
ditemukan. Kemudian ada laporan resmi dari London yang mengatakan, "penyebabnya
tidak dapat dipastikan".
Jumlah kehilangan yang luar biasa selalu terjadi menjelang Natal, dan para ahli
belum mengetahui mengapa Segitiga itu menjadi semakin gawat setiap menjelang
akhir tahun. Salah satu aspek yang paling membingungkan tentang kehilangan-kehilangan
itu adalah kegagalan yang selalu dialami para pencari untuk menemukan jenasahnya.
Biasanya satu atau lebih jenasah akan hanyut ke pantai setelah kecelakaan kapal,
tetapi ini tidak pernah terjadi di Segitiga Bermuda. Karena kebanyak insiden
yang terjadi dalam jarak yang memungkinkan untuk di lihat dari daratan, tidak
adanya tubuh manusia yang ditemukan benar-benar membingungkan.
Pada tahun 1965, sebuah pesawat Angkatan Udara C-119 lenyap sewaktu terbang
dalam cuaca cerah dari LANUD AU Home-stead ke Grand Turk Island. Suatu pesan
yang aneh dan kacau di terima oleh operator menara di Grand Turk hampir tepat
pada saat pesawat itu mestinya sudah jatuh. Ada spekulasi bahwa salah satu UFO
yang dilihat oleh Gemini IV mungkin telah memainkan peranan dalam hilangnya
pesawat tersebut. Ada juga yang berpendapat bahwa penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di Bermuda mungkin berupa belokan ruang, dan bahawa kapal-kapal yang
hilang itu mungkin terperangkap dalam dimensi ke empat. Ada juga yang
berspekulasi bahwa para awak kapal itu mungkin masih hidup, sama umurnya dengan
ketika mereka pergi, dan akan dapat mengungkap rahasia apa yang ada di tepi,
sebelah sana Segitiga Bermuda yang gelap itu. Ada dua tempat di bumi di mana
kompas menunjukkan ke arah utara yang benar di segitiga Bermuda dan wilayah
lepas pantai Jepang yang di kenal dengan laut Setan, yang angka kehilangannya
juga tinggi. Antara tahun 1950-1954 sekurang-kurangnya sembilan kapal lenyap di
laut Setan. Kapal-kapal itu adalah kapal besar pengangkut barang dengan mesin-mesin
dan radio berkekutan besar pula, bukan perahu-perahu kecil. Akan tetapi penemuan
dan penyelidikan dari pemerintah Jepang menemukan bahwa di laut tersebut di
ketemukan sebuah gunung api baru. Yang kemudian laut tersebut ditutup dan
diumumkan secara resmi sebagai laut berbahaya. Satu kapal penyelidik Jepang
tenggelam dalam peristiwa penyelidikan ini.
Angakatan Laut Amerika, dalam operasi yang dikelompok-kelompokkan yang dikenal
sebagai Project Magnet, telah melakukan penyelidikan geomagnetis yang luas, yang
memperbaharui banyak ukuran yang sudah berumur lebih dari 30 tahun. Diduga
proyek tersebut juga melaksanakan tugas-tugas lain, termasuk pesan-pesan dari
luar angkasa dan menyelidiki Teori "ikatan yang hilang".
Ada juga yang mengaitkan keberadaan Segitiga bermuda tersebut dengan keberadaan
sebuah tempat yang bernama Atlantis. Kejadian-kejadian yang non supranatural,
juga sering terjadi seperti badai yang aneh, arus ombak yang luar biasa di teluk
yang berarus kencang, dan pergeseran dasar laut yang berubah dengan cepat.
Tempat ini juga merupakan daerah yang sangat jarang karena ditempat inilah daya
magnet bumi bagian utara bertabrakan dengan magnet kutub utara. Ini akan membuat
seorang penerbang akan kliyengan kehilangan arah.
Ratusan kapal laut sudah hilang tanpa jejak di wilayah kecil di lepas pantai
Amerika. Wilayah itu sangat boleh jadi tempat pendaratan UFO yang penuh medan
magnet, perusak kompas dan alat navigasi elektronik lainnya. Tapi mungkin juga
lubang ruang waktu yang menyedot hilang semua materi, seperti black hole. Atau
mungkin memang tempat pusaran air yang luar biasa besarnya. Apa pun teori
penjelasan yang disusun, daerah itu tetap misterius.
Dulu ketika samudera masih diarungi para pelaut pemberani dengan kapal kayu,
sudah ada yang menuturkan tentang suatu wilayah di Samudera Atlantik yang tidak
beres. Itu Laut Sargaso yang kadang-kadang tidak ada anginnya yang bertiup
sedikit pun sampai lama sekali, sehingga kapal layar zaman itu tidak maju-maju.
Padahal laut penuh dengan ganggang raksasa yang daunnya mengapung seperti tangan-tangan
ribuan ular naga. Tamatlah riwayat kapal yang terlalu lama mandek, karena
sementara itu dindingnya sudah ditumbuhi ganggang raksasa berdaun seperti tangan-tangan
ular naga. Akhir awak kapal kayu semacam itu ialah kelaparan dan mati pelan-pelan.
Begitu pula dengan kapal hantu yang tetap mengapung di laut tetapi tidak ada
seorang awak pun yang mengemudikannya. Kapal itu mungkin sudah ditinggalkan oleh
awaknya yang mencoba berenang mencapai pantai, tapi tidak berhasil. Sebab, tidak
ada sisanya secuil pun.
Kisah semacam itu tidak diragukan lagi hanya didengarkan (atau dibaca) sebagai
legenda, tapi tidak dipercaya. Namun, anehnya sampai sekarang pun masih saja ada
yang beredar, dan dibaca atau diperbincangkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah.
Kadang tentang kapal yang terbalik karena salah menempatkan muatan dalam palka
kapal. Atau tentang kapal yang tiba-tiba kehilangan arah dalam cuaca yang tiba-tiba
saja menjadi buruk, lalu tak dapat mengatasi musibah karena kondisi kapal memang
buruk, kurang perawatan.
Tetapi yang lebih aneh ialah, ada beberapa kapal modern yang sebenarnya sangat
layak laut, namun begitu toh ditinggalkan juga oleh awak kapalnya. Tak seorang
pun yang dapat ditemukan kembali. Pada bulan April 1925 misalnya, kapal
pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang boleh dikatakan sudah modern
dilengkapi pemancar radio, dan sangat layak laut, cepat sekali tenggelam setelah
mengirim berita, "Seperti pisau raksasa! Cepat tolong! Kami tak mungkin lolos!"
Kapal itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yang tersisa.
Bulan Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. Ketika
berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya
dapat melihat cahaya yang ditinggalkannya sedang tenggelam ke dasar laut. Kapal
tanker kembarannya Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama dalam
bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi
wilayah yang tidak beres itu ke Utara menuju South Carolina. Itu beberapa
kejadian yang mencolok untuk dicatat. Kejadian lain yang serupa tapi tak sama
terlalu banyak untuk disebut satu per satu. Pesawat terbang juga ditelan. Tetapi
yang paling mengerikan ialah hilangnya formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar
torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember 1945. Sebuah pesawat penyelamat
yang ingin mencari sisa-sisanya pun ditelan ombak di "laut yang tidak beres" itu.
Kisahnya tidak diolok-olok sebagai legenda lagi, tapi ditangani lebih serius.
Jadi di kemudian hari tidak akan ada lagi yang mencoba-coba melewati daerah itu.
Sejak itu, orang bicara ngeri tentang segi tiga maut Bermuda. Disebut segi tiga,
karena setelah kelenyapan-kelenyapan kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan
pada peta, ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segi tiga,
antara Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.
Cerita 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember
1945 yang misterius adalah pada waktu berangkat dari pangkalan udara Fort
Lauderdale, di utara Miami, pada pukul 14.10 untuk latihan terbang ke arah timur
sejauh 150 mil, lalu belok ke Utara sejauh 40 mil, dan akhirnya ke Barat Daya
untuk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang
beberapa bangkai kapal di pantai Kepulauan Great Sale Clay. Udaranya mula-mula
cerah, dan penerbangan berjalan mulus. Tetapi pada pukul 15.45 komandan
penerbangan Letnan Udara Charles Taylor, yang sudah mengantungi 2.500 jam
terbang, melaporkan ke menara pangkalan, "Ini gawat, Pak! Kami sepertinya
kehilangan arah! Tak ada daratan. Ulangi: tidak ada daratan!" Menara pengawas
menanyakan posisi formasi pesawat, tapi Taylor menjawab, "Tak tahu persis di
mana kami berada!". "Terbanglah ke Barat!" perintah menara. Tapi kemudian lama
sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang
penerbang yang lain, "Kami tidak tahu di mana arah barat itu. Ada yang tidak
beres ini. Semua terlihat aneh. Bahkan lautnya juga!" Sesudah sepi sejenak,
komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang
jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris, "Ya, Tuhan! Di
mana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang di atas Teluk
Meksiko!". Pada saat itu komandan baru memutuskan untuk terbang kembali 180
derajat ke arah Florida lagi, tetapi dari kenyataan bahwa sinyal radionya makin
lama makin lemah, diduga bahwa ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan.
Laporan terakhir yang dapat ditangkap ialah, "Nampaknya kami terbang memasuki
air putih ... ... tamatlah kami!" Seorang penggemar radio SSB yang ikut
mendengarkan percakapan itu menjelaskan lewat radionya, bahwa ia masih sempat
mendengarkan kata-kata terakhir dari Letnan Taylor kepada para penerbang lain, "Jangan
mengikuti saya! Sepertinya mereka datang dari angkasa luar!". Segera sesudah
kontak dengan para penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin
Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat
ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang
juga bersama 13 awak pesawat. Tak berbekas seperti kelima pesawat Grumman yang
hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines Miles yang
kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut. Pada pukul
19.40 awak kapal tanker ini melihat ledakan dahsyat dengan kobaran api setinggi
30 m. Ketika kapal itu datang ke tempat kejadian, awaknya melihat kubangan
minyak, tapi tak ada secuil pun sisa pesawat amfibi yang tampak. Apalagi orang.
Dua puluh dua kapal angkatan laut, 300 pesawat terbang militer, dan sejumlah
kapal selam kemudian dikerahkan untuk mencari sisa-sisa kecelakaan terbesar
dalam abad ini. Hasilnya nol koma nol-nol. Penulis Amerika Charles Berlitz
menjadi kaya karena bukunya yang meledak The Bermuda Triangle, terbitan
Doubleday & Co, New York, tahun 1974. Sebanyak 18 juta jilid laku keras seperti
pisang goreng. Berlitz mengemukakan dugaan, bahwa pesawat naas itu diserang
makhluk angkasa luar dalam piring terbang bercahaya putih. Atau mungkin juga
tersedot ke dalam lubang lorong waktu seperti hilangnya semua materi kalau masuk
ke dalam black hole ruang angkasa.
Itu semua jelas spekulasi, tetapi pada tahun 1974, masyarakat memang masih
percaya pada spekulasi-spekulasi quasi ilmiah. Menurut para peneliti ilmiah yang
menangani masalah ini, kompas para penerbang pesawat Grumman itu rusak, dan
penerbangnya harus berjuang mengatasi keadaan dengan hanya mengandalkan pada
penglihatan dan posisi matahari, untuk terbang lebih lanjut.
Pada suatu saat mereka mengira terbang di atas kepulauan sebelah selatan Florida.
Berdasarkan posisi yang salah ini mereka bernavigasi lebih lanjut. Tetapi
sebenarnya mereka terbang zig-zag di utara Kepulauan Bahama, menuju ke Samudera
Atlantik. Karena tangki bensinnya kemudian kosong, terjunlah mereka ke laut, dan
hancur berkeping-keping. Kalaupun ada yang berhasil lolos dari maut ketika
mendaratkan pesawatnya di permukaan air, ia jelas tidak dapat bertahan dalam air
yang dingin, lalu tewas tenggelam. Tetapi apa penyebab rusaknya kompas itu, dan
mengapa itu terjadi di segi tiga Bermuda? Apakah ini berhubungan dengan air
bercahaya putih yang dilaporkan oleh para penerbang, dan yang kemudian juga
dilihat oleh para awak pesawat ruang angkasa Apollo 12? Menurut Bill Dillon dari
U.S. Geological Survey, Woods Hole Field Center, air bercahaya putih itulah
penyebabnya. Di daerah segi tiga maut Bermuda, tapi juga di beberapa daerah lain
sepanjang tepi pesisir benua, terdapat "tambang metana". Tambang ini terbentuk
kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas
ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang
tanggung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke
permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat.
Peristiwa ini mirip dengan blow out yang sering terjadi pada pengeboran minyak
bumi. Pada blow out di daratan, yang dibakar gas adalah udara yang tidak begitu
menimbulkan malapetaka, kecuali kebakaran yang mudah dikendalikan. Tetapi di
dasar laut segi tiga maut Bermuda?
Kejadiannya menyangkut gas metana yang luar biasa banyaknya dalam air yang juga
ratusan ribu ton. Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat sebagai "air
bercahaya putih". Blow out serupa yang pernah terjadi di Laut Kaspia sudah
banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang
dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia
yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas
retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian
mengendap lagi di dasar laut, menimbuni mereka semua. Apakah kejadian serupa
juga berlangsung di segi tiga maut Bermuda? Di daerah Blake Ridge, di lepas
pantai South Carolina memang ditemukan senyawaan metanahidrat.
Di laboratorium penelitian gerakan air British Institute of Oceanographic
Sciences kemudian dilakukan percobaan dengan kapal miniatur yang dilanda air
yang mendidih tiba-tiba. Kapal percobaan ini segera tenggelam karena
berkurangnya daya apung yang tiba-tiba. Juga kapal penyelamat percobaan yang
dikirim kemudian tenggelam dengan cara yang sama.
Apakah dengan hasil percobaan itu misteri segi tiga maut Bermuda sudah
terpecahkan? Belum juga!
Bagaimana duduk perkaranya sampai pesawat terbang juga menjadi korban ledakan
gas metana? Menurut Bill Dillon, pesawat yang terbang rendah memang dapat
terpengaruh oleh pancaran air mendidih bercampur gas yang luar biasa kuatnya itu,
lalu jatuh ke laut. Tetapi apakah yang menyebabkan kompas pesawat terbang
Grumman itu tidak berfungsi? Jelas medan magnet, tapi dari apa? Apakah dari
ledakan gunung di dasar laut? Ini masih tetap merupakan misteri yang saat ini
belum terungkap karena miskin angka.
Tidak terasa,pembahasan mengenai misteri Segitiga "maut" Bermuda ini telah
mencapai part ke-3 diblog saya.Sepertinya,salah satu misteri terbesar di dunia
ini selalu menjadi suatu topik pembicaraan yang menarik bagi siapa saja yang
ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai berbagai fenomena-fenomena misterius
yang kerap terjadi di kawasan kematian tersebut.Berikut lanjutannya.....
Salah satu misteri terbesar di perairan maut ini adalah hilangnya kapal
berbendera Inggris Atalanta pada tahun 1880. Kapal itu meninggalkan Bermuda pada
bulan Januari menuju Inggris dengan awak kapal yang terdiri dari 300 orang kadet
dan perwira, dan tidak pernah terlihat lagi. Meskipun diadakan penjagaan ketat
oleh sebuah armada besar kapal yang berlayar melintasi samudra dalam formasi dan
jarak yang memungkinkan awak masing-masing kapal dpt saling melihat, tidak ada
satu pun pecahan kapal, tiang atau sekoci penolong dari Atalanta yang pernah
ditemukan. Namun terjadi kekecualian terjadi pada bulan Februari 1953, ketika
kapal pengangkut barang yang menuju Jamaika dari York, Inggris, mengirim SOS
sewaktu berada di Segitiga Bermuda. Setelah pesan itu tiba-tiba terhenti tanpa
penjelasan, dilancarkanlah suatu pencarian, tetapi tidak ada apa-apa yang
ditemukan. Kemudian ada laporan resmi dari London yang mengatakan, "penyebabnya
tidak dapat dipastikan".
Jumlah kehilangan yang luar biasa selalu terjadi menjelang Natal, dan para ahli
belum mengetahui mengapa Segitiga itu menjadi semakin gawat setiap menjelang
akhir tahun. Salah satu aspek yang paling membingungkan tentang kehilangan-kehilangan
itu adalah kegagalan yang selalu dialami para pencari untuk menemukan jenasahnya.
Biasanya satu atau lebih jenasah akan hanyut ke pantai setelah kecelakaan kapal,
tetapi ini tidak pernah terjadi di Segitiga Bermuda. Karena kebanyak insiden
yang terjadi dalam jarak yang memungkinkan untuk di lihat dari daratan, tidak
adanya tubuh manusia yang ditemukan benar-benar membingungkan.
Pada tahun 1965, sebuah pesawat Angkatan Udara C-119 lenyap sewaktu terbang
dalam cuaca cerah dari LANUD AU Home-stead ke Grand Turk Island. Suatu pesan
yang aneh dan kacau di terima oleh operator menara di Grand Turk hampir tepat
pada saat pesawat itu mestinya sudah jatuh. Ada spekulasi bahwa salah satu UFO
yang dilihat oleh Gemini IV mungkin telah memainkan peranan dalam hilangnya
pesawat tersebut. Ada juga yang berpendapat bahwa penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di Bermuda mungkin berupa belokan ruang, dan bahawa kapal-kapal yang
hilang itu mungkin terperangkap dalam dimensi ke empat. Ada juga yang
berspekulasi bahwa para awak kapal itu mungkin masih hidup, sama umurnya dengan
ketika mereka pergi, dan akan dapat mengungkap rahasia apa yang ada di tepi,
sebelah sana Segitiga Bermuda yang gelap itu. Ada dua tempat di bumi di mana
kompas menunjukkan ke arah utara yang benar di segitiga Bermuda dan wilayah
lepas pantai Jepang yang di kenal dengan laut Setan, yang angka kehilangannya
juga tinggi. Antara tahun 1950-1954 sekurang-kurangnya sembilan kapal lenyap di
laut Setan. Kapal-kapal itu adalah kapal besar pengangkut barang dengan mesin-mesin
dan radio berkekutan besar pula, bukan perahu-perahu kecil. Akan tetapi penemuan
dan penyelidikan dari pemerintah Jepang menemukan bahwa di laut tersebut di
ketemukan sebuah gunung api baru. Yang kemudian laut tersebut ditutup dan
diumumkan secara resmi sebagai laut berbahaya. Satu kapal penyelidik Jepang
tenggelam dalam peristiwa penyelidikan ini.
Angakatan Laut Amerika, dalam operasi yang dikelompok-kelompokkan yang dikenal
sebagai Project Magnet, telah melakukan penyelidikan geomagnetis yang luas, yang
memperbaharui banyak ukuran yang sudah berumur lebih dari 30 tahun. Diduga
proyek tersebut juga melaksanakan tugas-tugas lain, termasuk pesan-pesan dari
luar angkasa dan menyelidiki Teori "ikatan yang hilang".
Ada juga yang mengaitkan keberadaan Segitiga bermuda tersebut dengan keberadaan
sebuah tempat yang bernama Atlantis. Kejadian-kejadian yang non supranatural,
juga sering terjadi seperti badai yang aneh, arus ombak yang luar biasa di teluk
yang berarus kencang, dan pergeseran dasar laut yang berubah dengan cepat.
Tempat ini juga merupakan daerah yang sangat jarang karena ditempat inilah daya
magnet bumi bagian utara bertabrakan dengan magnet kutub utara. Ini akan membuat
seorang penerbang akan kliyengan kehilangan arah.
Ratusan kapal laut sudah hilang tanpa jejak di wilayah kecil di lepas pantai
Amerika. Wilayah itu sangat boleh jadi tempat pendaratan UFO yang penuh medan
magnet, perusak kompas dan alat navigasi elektronik lainnya. Tapi mungkin juga
lubang ruang waktu yang menyedot hilang semua materi, seperti black hole. Atau
mungkin memang tempat pusaran air yang luar biasa besarnya. Apa pun teori
penjelasan yang disusun, daerah itu tetap misterius.
Dulu ketika samudera masih diarungi para pelaut pemberani dengan kapal kayu,
sudah ada yang menuturkan tentang suatu wilayah di Samudera Atlantik yang tidak
beres. Itu Laut Sargaso yang kadang-kadang tidak ada anginnya yang bertiup
sedikit pun sampai lama sekali, sehingga kapal layar zaman itu tidak maju-maju.
Padahal laut penuh dengan ganggang raksasa yang daunnya mengapung seperti tangan-tangan
ribuan ular naga. Tamatlah riwayat kapal yang terlalu lama mandek, karena
sementara itu dindingnya sudah ditumbuhi ganggang raksasa berdaun seperti tangan-tangan
ular naga. Akhir awak kapal kayu semacam itu ialah kelaparan dan mati pelan-pelan.
Begitu pula dengan kapal hantu yang tetap mengapung di laut tetapi tidak ada
seorang awak pun yang mengemudikannya. Kapal itu mungkin sudah ditinggalkan oleh
awaknya yang mencoba berenang mencapai pantai, tapi tidak berhasil. Sebab, tidak
ada sisanya secuil pun.
Kisah semacam itu tidak diragukan lagi hanya didengarkan (atau dibaca) sebagai
legenda, tapi tidak dipercaya. Namun, anehnya sampai sekarang pun masih saja ada
yang beredar, dan dibaca atau diperbincangkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah.
Kadang tentang kapal yang terbalik karena salah menempatkan muatan dalam palka
kapal. Atau tentang kapal yang tiba-tiba kehilangan arah dalam cuaca yang tiba-tiba
saja menjadi buruk, lalu tak dapat mengatasi musibah karena kondisi kapal memang
buruk, kurang perawatan.
Tetapi yang lebih aneh ialah, ada beberapa kapal modern yang sebenarnya sangat
layak laut, namun begitu toh ditinggalkan juga oleh awak kapalnya. Tak seorang
pun yang dapat ditemukan kembali. Pada bulan April 1925 misalnya, kapal
pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang boleh dikatakan sudah modern
dilengkapi pemancar radio, dan sangat layak laut, cepat sekali tenggelam setelah
mengirim berita, "Seperti pisau raksasa! Cepat tolong! Kami tak mungkin lolos!"
Kapal itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yang tersisa.
Bulan Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. Ketika
berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya
dapat melihat cahaya yang ditinggalkannya sedang tenggelam ke dasar laut. Kapal
tanker kembarannya Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama dalam
bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi
wilayah yang tidak beres itu ke Utara menuju South Carolina. Itu beberapa
kejadian yang mencolok untuk dicatat. Kejadian lain yang serupa tapi tak sama
terlalu banyak untuk disebut satu per satu. Pesawat terbang juga ditelan. Tetapi
yang paling mengerikan ialah hilangnya formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar
torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember 1945. Sebuah pesawat penyelamat
yang ingin mencari sisa-sisanya pun ditelan ombak di "laut yang tidak beres" itu.
Kisahnya tidak diolok-olok sebagai legenda lagi, tapi ditangani lebih serius.
Jadi di kemudian hari tidak akan ada lagi yang mencoba-coba melewati daerah itu.
Sejak itu, orang bicara ngeri tentang segi tiga maut Bermuda. Disebut segi tiga,
karena setelah kelenyapan-kelenyapan kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan
pada peta, ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segi tiga,
antara Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.
Cerita 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger tanggal 5 Desember
1945 yang misterius adalah pada waktu berangkat dari pangkalan udara Fort
Lauderdale, di utara Miami, pada pukul 14.10 untuk latihan terbang ke arah timur
sejauh 150 mil, lalu belok ke Utara sejauh 40 mil, dan akhirnya ke Barat Daya
untuk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang
beberapa bangkai kapal di pantai Kepulauan Great Sale Clay. Udaranya mula-mula
cerah, dan penerbangan berjalan mulus. Tetapi pada pukul 15.45 komandan
penerbangan Letnan Udara Charles Taylor, yang sudah mengantungi 2.500 jam
terbang, melaporkan ke menara pangkalan, "Ini gawat, Pak! Kami sepertinya
kehilangan arah! Tak ada daratan. Ulangi: tidak ada daratan!" Menara pengawas
menanyakan posisi formasi pesawat, tapi Taylor menjawab, "Tak tahu persis di
mana kami berada!". "Terbanglah ke Barat!" perintah menara. Tapi kemudian lama
sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang
penerbang yang lain, "Kami tidak tahu di mana arah barat itu. Ada yang tidak
beres ini. Semua terlihat aneh. Bahkan lautnya juga!" Sesudah sepi sejenak,
komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang
jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris, "Ya, Tuhan! Di
mana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang di atas Teluk
Meksiko!". Pada saat itu komandan baru memutuskan untuk terbang kembali 180
derajat ke arah Florida lagi, tetapi dari kenyataan bahwa sinyal radionya makin
lama makin lemah, diduga bahwa ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan.
Laporan terakhir yang dapat ditangkap ialah, "Nampaknya kami terbang memasuki
air putih ... ... tamatlah kami!" Seorang penggemar radio SSB yang ikut
mendengarkan percakapan itu menjelaskan lewat radionya, bahwa ia masih sempat
mendengarkan kata-kata terakhir dari Letnan Taylor kepada para penerbang lain, "Jangan
mengikuti saya! Sepertinya mereka datang dari angkasa luar!". Segera sesudah
kontak dengan para penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin
Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat
ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang
juga bersama 13 awak pesawat. Tak berbekas seperti kelima pesawat Grumman yang
hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines Miles yang
kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut. Pada pukul
19.40 awak kapal tanker ini melihat ledakan dahsyat dengan kobaran api setinggi
30 m. Ketika kapal itu datang ke tempat kejadian, awaknya melihat kubangan
minyak, tapi tak ada secuil pun sisa pesawat amfibi yang tampak. Apalagi orang.
Dua puluh dua kapal angkatan laut, 300 pesawat terbang militer, dan sejumlah
kapal selam kemudian dikerahkan untuk mencari sisa-sisa kecelakaan terbesar
dalam abad ini. Hasilnya nol koma nol-nol. Penulis Amerika Charles Berlitz
menjadi kaya karena bukunya yang meledak The Bermuda Triangle, terbitan
Doubleday & Co, New York, tahun 1974. Sebanyak 18 juta jilid laku keras seperti
pisang goreng. Berlitz mengemukakan dugaan, bahwa pesawat naas itu diserang
makhluk angkasa luar dalam piring terbang bercahaya putih. Atau mungkin juga
tersedot ke dalam lubang lorong waktu seperti hilangnya semua materi kalau masuk
ke dalam black hole ruang angkasa.
Itu semua jelas spekulasi, tetapi pada tahun 1974, masyarakat memang masih
percaya pada spekulasi-spekulasi quasi ilmiah. Menurut para peneliti ilmiah yang
menangani masalah ini, kompas para penerbang pesawat Grumman itu rusak, dan
penerbangnya harus berjuang mengatasi keadaan dengan hanya mengandalkan pada
penglihatan dan posisi matahari, untuk terbang lebih lanjut.
Pada suatu saat mereka mengira terbang di atas kepulauan sebelah selatan Florida.
Berdasarkan posisi yang salah ini mereka bernavigasi lebih lanjut. Tetapi
sebenarnya mereka terbang zig-zag di utara Kepulauan Bahama, menuju ke Samudera
Atlantik. Karena tangki bensinnya kemudian kosong, terjunlah mereka ke laut, dan
hancur berkeping-keping. Kalaupun ada yang berhasil lolos dari maut ketika
mendaratkan pesawatnya di permukaan air, ia jelas tidak dapat bertahan dalam air
yang dingin, lalu tewas tenggelam. Tetapi apa penyebab rusaknya kompas itu, dan
mengapa itu terjadi di segi tiga Bermuda? Apakah ini berhubungan dengan air
bercahaya putih yang dilaporkan oleh para penerbang, dan yang kemudian juga
dilihat oleh para awak pesawat ruang angkasa Apollo 12? Menurut Bill Dillon dari
U.S. Geological Survey, Woods Hole Field Center, air bercahaya putih itulah
penyebabnya. Di daerah segi tiga maut Bermuda, tapi juga di beberapa daerah lain
sepanjang tepi pesisir benua, terdapat "tambang metana". Tambang ini terbentuk
kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas
ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang
tanggung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke
permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat.
Peristiwa ini mirip dengan blow out yang sering terjadi pada pengeboran minyak
bumi. Pada blow out di daratan, yang dibakar gas adalah udara yang tidak begitu
menimbulkan malapetaka, kecuali kebakaran yang mudah dikendalikan. Tetapi di
dasar laut segi tiga maut Bermuda?
Kejadiannya menyangkut gas metana yang luar biasa banyaknya dalam air yang juga
ratusan ribu ton. Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat sebagai "air
bercahaya putih". Blow out serupa yang pernah terjadi di Laut Kaspia sudah
banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang
dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia
yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas
retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian
mengendap lagi di dasar laut, menimbuni mereka semua. Apakah kejadian serupa
juga berlangsung di segi tiga maut Bermuda? Di daerah Blake Ridge, di lepas
pantai South Carolina memang ditemukan senyawaan metanahidrat.
Di laboratorium penelitian gerakan air British Institute of Oceanographic
Sciences kemudian dilakukan percobaan dengan kapal miniatur yang dilanda air
yang mendidih tiba-tiba. Kapal percobaan ini segera tenggelam karena
berkurangnya daya apung yang tiba-tiba. Juga kapal penyelamat percobaan yang
dikirim kemudian tenggelam dengan cara yang sama.
Apakah dengan hasil percobaan itu misteri segi tiga maut Bermuda sudah
terpecahkan? Belum juga!
Bagaimana duduk perkaranya sampai pesawat terbang juga menjadi korban ledakan
gas metana? Menurut Bill Dillon, pesawat yang terbang rendah memang dapat
terpengaruh oleh pancaran air mendidih bercampur gas yang luar biasa kuatnya itu,
lalu jatuh ke laut. Tetapi apakah yang menyebabkan kompas pesawat terbang
Grumman itu tidak berfungsi? Jelas medan magnet, tapi dari apa? Apakah dari
ledakan gunung di dasar laut? Ini masih tetap merupakan misteri yang saat ini
belum terungkap karena miskin angka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar